Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Jakarta - Indonesia berpeluang mendapat peringkat baru sebagai negara layak investasi (Investment Grade) dari ketiga perusahaan pemeringkat dunia (credit rating agency) paling lambat di tahun 2012. Dari ketiganya, lembaga Fitch Rating berpeluang beri rapot baru lebih dahulu pada tahun 2011.
"Paling lambat Indonesia sudah dapat investment grade di 2012 dari tiga credit rating agency," jelas Economist Global Research Standard Chartered
Bank, Eric Sugandi dalam perbincangannya kepada detikFinance di Jakarta, Minggu (29/8/2010).
Eric menjelaskan salah satu alasannya adalah karena fundamental ekonomi semakin kuat sehingga tidak ada alasan bagi perusahaan pemeringkat dunia untuk tidak meng-upgrade level Indonesia. Namun, bisa saja target ini bisa terlampau lebih cepat dari 2012. Khususnya Fitch Rating, dimana peringkat Indonesia hanya satu level di bawah investment grade.
"Fitch yang paling dekat karena hanya satu notes yaitu BBB+," ujar Eric.
Dengan masuknya Indonesia dalam kategori negara layak investasi, menjadikan pasar obligasi dapat berkembang lebih maju. Pasalnya bakal terjadi pengurangan biaya dalam hal penerbitan surat utang tersebut.
"Obligasi swasta akan diuntungkan karena ongkosnya menjadi lebih murah," ungkapnya.
Namun disisi lain, ancaman kenaikan inflasi dan diikuti oleh suku bunga bank (BI Rate) juga akan terjadi di triwulan IV-2010. Tentu akan terjadi
penyesuaian khususnya pada imbal hasil (yield) atas suatu surat utang.
"Dengan melihat data terakhir yield curve 5 tahun per hari Jumat kemarin 7,545%, dibanding akhir tahun lalu 8,98%. Ini (7,545%). Bisa naik, karena BI rate naik," kata Eric.
"Bonds jangka pendek (yield) akan menyesuaikan ke atas (naik) jika melihat dari yield curve-nya. Namun kenaikan lebih karena cut supply Rp 15 triliun
dari target awal Rp 178 triliun (obligasi pemerintah), menjadi Rp 163 triliun. Semester I sendiri kan sudah surplus," tegasnya.
Dengan penyerapan anggaran yang rendah, memaksa pemerintah untuk memangkas suplai. Alasan lain, karena tekanan di pasar Indonesia akibat inflasi dan pencapaian BI rate yang melebihi dari target 4-6%, juga menyebabkan terjadinya cut supply. (wep/hen)
No comments:
Post a Comment